Ribuan warga berbondong-bondong untuk mendapatkan "Nasi Uyah Asem" dalam tradisi Buka Luwur (Kelambu) Makam Sunan Kudus di kompleks Masjid Menara Kudus, Jawa Tengah pada Kamis (20/9/2018). Nasi Uyah Asem adalah nasi dengan lauk daging yang dimasak dengan bumbu uyah asem dan dibungkus dengan daun jati.
Masakan khas ini masih diminati oleh masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka rela mengantri untuk mendapatkan nasi berkat tersebut. Antrean cukup panjang dan melelahkan karena harus bergiliran dalam tradisi yang dilaksanakan pada 10 Muharram.
Untuk menghindari antrian yang terlalu lama, panitia Buka Luwur membagi antrean menjadi dua, satu untuk perempuan dan satu untuk laki-laki. Mereka juga memasang papan pengumuman yang memberikan petunjuk mengenai jalur antrean.
Berdasarkan pengamatan, banyak warga yang antusias menyantap nasi uyah asem. Beberapa warga bahkan menyisakan hidangan tersebut untuk diberikan kepada ternak dengan harapan agar ternak tersebut tidak mudah sakit.
Sri Atmini (36), seorang warga Mojokerto, Jawa Timur, sengaja datang dari jauh untuk mengikuti tradisi Buka Luwur Sunan Kudus dengan harapan mendapatkan berkah. Selain berkesempatan berziarah ke Makam Sunan Kudus, ia percaya bahwa dengan menyantap nasi uyah asem, ia akan mendapatkan keberkahan. "Ini sudah kali ketiga saya ikuti ritual Buka Luwur Sunan Kudus dan alhamdulillah rezeki saya lancar," ujar Atmini. Sementara itu, Slamet Prayitno (38), seorang warga Desa Sambung, Kecamatan Undaan, Kudus, membawa pulang nasi berkat dari tradisi Buka Luwur untuk diberikan kepada ayam ternaknya. Ia telah lama menantikan tradisi ini.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, M Nadjib Hassan, menjelaskan bahwa nasi berkat yang dibagikan kepada masyarakat umum berjumlah 29.032 bungkus. Nasi berkat tersebut terdiri dari nasi dan daging dengan bumbu uyah asem, dibungkus dengan daun jati dan diikat dengan tali agel. Selain itu, juga dibagikan berkat dalam bentuk keranjang kepada tamu undangan sebanyak 2.498 keranjang. Daging dan nasi yang dibagikan berasal dari sumbangan masyarakat. Panitia juga menerima bantuan berupa beras, kerbau, kambing, dan bumbu-bumbuan. Jumlah sumbangan kerbau yang diterima adalah 11 ekor kerbau dan 84 ekor kambing, sedangkan beras yang dimasak sebanyak 6.760 kilogram dari total beras sumbangan sebanyak 12.126 kilogram.
Selain itu, juga dilakukan penggantian kain mori yang telah terpasang di Makam Sunan Kudus selama satu tahun terakhir. Sebanyak 15.032 meter mori dan 110 meter gorden telah dipasang di seluruh area makam.
Ritual Buka Luwur ini melibatkan ribuan perewang (panglima perang) dan masyarakat. Pada tahun ini, sekitar 1.175 perewang dan 10.095 masyarakat memberikan bantuan dalam acara Buka Luwur. M Nadjib Hassan menjelaskan bahwa acara ini dinamakan Buka Luwur dan bukan Kaul seperti di tempat lain karena belum ditemukan tanggal pasti wafatnya Sunan Kudus. Pelaksanaan Buka Luwur memiliki makna utama untuk meneladani sosok dan perjuangan Sunan Kudus dalam menyebarkan Islam dengan damai serta mengembangkan kebudayaan lokal.
Selain itu, Buka Luwur juga menjadi media refleksi untuk melestarikan peninggalan Sunan Kudus, terutama ajaran toleransi yang sangat diperlukan oleh masyarakat saat ini. Acara ini dihadiri oleh ratusan undangan khusus dari ulama, tokoh masyarakat, instansi pemerintahan, dan perwakilan anggota Perhimpunan Pemangku Makam Auliya' (PPMA) Se-Jawa.
Sumber: Kompas
0 Comments