Penulis buku Atlas Wali Songo Agus Sunyoto menolak klaim sementara orang bahwa Menara Kudus adalah pura peninggalan Hindu atau Budha. Menurutnya, arsitektur Menara Kudus sengaja dibentuk demikian untuk tujuan dakwah semata.
"Bentuk itu hanya sebagai strategi dakwah. Sama halnya dengan larangan menyembelih sapi," sergah Agus saat acara bedah buku Atlas Wali Songo di Universitas Muria Kudus (UMK), Selasa (11/2) kemarin.
Meskipun bentuknya mirip, Menara Kudus tetap berbeda dengan bangunan Hindu maupun Budha, lanjut Agus. Perbedaan terletak pada hiasan piring China. Piring China inilah yang tidak ditemukan pada bangunan candi atau pura.
“Piring China ini menegaskan bahwa Menara Kudus asli karya Sunan Kudus; bukan peninggalan Hindu," ungkapnya.
Fakta sejarah ini berbeda jauh dengan klaim di mana Menara Kudus dianggap sebagai Pura Agung, pura besar tempat penyimpanan abu jenazah bangsawan Majapahit. Keberadaan candi-candi kecil di sekitar Menara Kudus yang konon disebut "masjid bubar" sebagai candi rakyat, runtuh bersamaan dengan runtuhnya Majapahit dan berdirinya kerajaan Demak.
Argumentasi klaim di atas sangat lemah karenanya tidak bisa diterima, tandas Agus.
Sumber:
NU Online
0 Comments