Kaligrafer Internasional dan Kiai Loram (2)


Cerita tentang kaligrafer internasional dan Kiai Loram sudah dibahas di sini. Berikut ini adalah biografi beliau, yang sebagian besar dilansir dari Majalah Arwaniyyah.

Sebagai seorang yang didedikasikan masyarakat sebagai pakar kaligrafi, tentunya bukanlah hal yang mudah untuk mencapainya. Terlebih lagi untuk menjaga dan mengembangkan penghargaan itu.
Terbukti beliau yang kebetulan mendapat anugerah Allah lewat talenta menulis halus ini, mendirikan Lembaga Kaligrafi Kudus yang sampai saat ini masih bertahan dan semakin berkembang, dengan jumlah siswa lebih dari 120 orang, baik di tingkat anak-anak maupun remaja. Namun menanggapi masalah penganugerahan tersebut, Juara Kaligrafi tingkat Nasional ini tidak mau membesar-besarkannya. Sehingga laki-laki yang lebih menjunjung tinggi nilai kesederhanaan ini lebih nyaman di sebut “Pekir”(mlarat) dari pada pakar, tegasnya.
Sebelum menekuni bidang kaligrafi arab, laki-laki yang diberi nama M. Noor Aufa Siddiq pernah menekuni jalur tilawah sampai pada tahun 1977. Setelah itu, beliau lebih menitik beratkan konsentrasinya pada dunia kaligrafi. Putra dari pasangan Sjoehoed Siddiq dan Badriyati dan pengasuh Lembaga Kaligrafi Kudus, mengaku belajar kaligrafi secara autodidak, dengan mencermati kaidah-kaidah yang ada serta mencoba mengevaluasi sendiri karya-karya orang lain sebagai referensi sebelum berkarya. Keseriusan dan ketekunannya dalam berlatih, membuahkan hasil yang gemilang. Pada masa-masa akhir 1980-an namanya mulai dikenal pada kancah nasional. Hingga pada akhirnya, keluwesannya dalam menggoreskan tulisan-tulisan arab, melambungkan namanya di event-event internasional.
Kesederhanaan dan ketelatenan, membuat pengarang Buku Pedoman Tahsinul Khot, tidak lupa dengan masyarakat awam. Meski nama dan prestasi yang melambung, ayah Yazid Husain ini, tetap mengabdikan diri untuk mendampingi para pemula yang ingin belajar seni kaligrafi di kota kelahirannya. Sebuah wadah untuk ngangsu kaweruh kaligrafi beliau dirikan di lingkungan rumahnya, sekitar tahun 1983 atas dorongan beberapa rekan seprofesinya.
Awalnya hanya privat, namun mengingat semakin banyaknya peserta yang belajar, untuk efektifitas waktu, beliau membuka lembaga pendidikan Kaligrafi. Dari lembaga ini sudah banyak menelurkan ahli-ahli dalam bidang seni kaligrafi di tingkat daerah maupun nasional.
Disamping menggeluti dunia seni kaligrafi, salah satu penulis Mushaf Raksasa ini juga mempunyai pekerjaan yang tak jauh dari talentanya, yaitu mendapat kepercayaan untuk menulis kitab-kitab. Adapun pengalaman batin yang sangat menarik ketika menekuni profesi sebagai penulis kitab adalah, beliau mendapat kesempatan belajar pada kitab tersebut, sebelum orang lain mempelajarinya. Profesi ini sudah beliau geluti sejak lama, mulai sekitar 1970-an dengan menulis di percetakan-percetakan yang ada di sekitarnya hingga sampai ke daerah Surabaya.
Semakin tinggi sebuah pohon, maka semakin besar angin menerpa. Ujian pun datang pada saat Aufa (panggilan akrab Noor Aufa Shiddiq) mengendarai sepeda motor. Pada insiden tersebut, beliau berusaha menyelamatkan keutuhan tangan kanannya dan mengorbankan anggota tubuh lainnya. Hal ini dilakukan karena rasa cinta dan sayangnya atas anugrah Allah yang turun pada tangan kanannya. Bukan hanya itu, cobaan yang bersifat moral juga sering beliau alami, pada saat mengikuti lomba tak jarang terjadi kedzaliman-kedzaliman yang menimpanya. Namun hal ini tidak membuat beliau patah arang, karena beliau memegang prinsip menang bukan selamanya pemenang.
Secara arif juga, beliau memandang masalah materi (kekayaan yang berupa harta benda), tidak menjamin hidup jadi tentram. Kekayaan sejati adalah ilmu. Baginya, ilmu mampu membekali orang lain untuk menjadi kaya. “Dengan ilmu orang akan menjadi maju, dengan seni hidup menjadi indah. Dan keindahan hidup adalah cerminan dari ketentraman batin yang menjadi harapan setiap manusia,” tambahnya mengakhiri pembicaraan.

PROFILE
Nama                           : H. M. Noor Aufa Shiddiq
Tempat/Tgl. Lahir       : Kudus 22 April 1957
Alamat                         : Langgar Dalem 21 Kudus
Pekerjaan                     : Guru
Istri                              : Noor Umamah
Ayah                            : Sjoehoed Siddiq
Ibu                               : Badriyati
Anak                            : Yazid Husni
                                     Nila Sofiana
Pendidikan                   : Madrasah TBS Kudus

Organisasi                    :
Asosiasi Kaligrafi Internasional
Pengurus  Cabang Nu Kabupaten Kudus
Dewan Hakim Tahsinul Khath Tk Nasional
Pembina Kaligrafi Prop. Jawa Tengah

Prestasi                        :
Juara Nasional Tahun 1988 di Bandar Lampung
Juara Festival Istiqlal I tahun 1991 di Jakarta
Juara Festival Istiqlal II tahun 1995 di Jakarta
Juara Tingkat Asia tahun 1992, 1994, 1996 di Brunei Darussalam

Karya                          :
Ornamen-ornamen hiasan kaligrafi di Masjid Agung Kudus
Ornamen-ornamen hiasan kaligrafi di Masjid Agung Jawa Tengah
Ornamen-ornamen hiasan kaligrafi di Masjid Agung Baiturrahman
Buku                             :
Pedoman Tahsinul Khath
Mushaf Raksasa

Hobby                          : Nulis Kitab.

Beliau mempunyai motto yang sering diucapkan kepada murid-murid beliau yaitu "dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan agama hidup menjadi terarah, dengan seni hidup menjadi indah.
Beliau sangat konsisten dengan pengajarannya dan sederhana dalam kehidupannya. Kata yang sering diucapkan oleh beliau adalah pakar tapi pekir, seorang kaligrafer tingkat dunia yang tidak mau tergoda oleh jabatan dan tawaran sementara. Beliau lebih memilih untuk mengajari para muridnya tentang rahasia huruf, laku hidup, kesederhanaan dan menaklukkan hawa nafsu. Beliau wafat pada sore hari Rabu Legi, 29 Robi'ul Awwal 1433 H/ 22 Februari 2012 M. Semoga Allah memberikan ampunan bagi kekhilafan beliau, guru dan murid-muridnya. Semoga kita mendapat keberkahan dari beliau dan guru-guru dan muridnya yang telah mendahului kita. (eko)

Post a Comment

0 Comments