Kiai Loram mempunyai banyak santri yang tersebar di Kudus dan sekitarnya, Banyak mereka yang kemudian menjadi tokoh besar dan terpandang di dunia internasional. Salah satunya adalah KH. Noor Aufa Shiddiq. Ketika mengajarkan kaligrafi para murid-muridnya di Lembaga Kaligrafi Kudus (LKK) Langgardalem Kota Kudus, sesekali beliau bercerita tentang pengalaman hidupnya, termasuk para gurunya. Beliau pernah mengajar kaligrafi di Madrasah TBS Kudus, namun kemudian beliau sowan kepada pengurus agar siswa yang ingin belajar kaligrafi bisa ke rumahnya langsung.
Beliau sering bercerita tentang kedua gurunya dari Loram, yaitu KH. Najib dan KH. Tholhah. Keduanya termasuk guru favorit beliau.Dalam menimba ilmu dari kiai tersebut, beliau menuturkan bahwa mereka adalah orang yang hebat, bahkan hafal sampai
nglothok (hafal di luar kepala) beberapa kitab besar. Bahkan dalam mengajar dan menerangkan pelajaran di Madrasah TBS Kudus, beliau melihat keduanya kadang tidak membawa kitab. Suatu ketika, beliau pernah diminta KH. Tholhah agar tidak pulang terlebih dahulu. Kiai Tholhah tahu bahwa Noor Aufa mempunyai tulisan yang bagus. Oleh karena itu, Kiai Tholhah meminta bantuan beliau untuk menuliskan beberapa salinan kitab dan karangannya. Ia menuturkan bahwa kiai Loram tersebut dan juga kakaknya, KH. Najib, merupakan guru yang alim dan baik budi pekertinya.
Pakar kaligrafi internasional tersebut juga pernah bercerita bahwa KH. Tholhah pernah menitipkan anak beliau, atau anak-anak beliau, kepadanya agar diajari kaligrafi. KH. Noor Aufa ragu, apakah anak atau anak-anak. Tapi yang jelas bahwa anak dari Kiai Tholhah yang pertama kali diajari kaligrafi oleh beliau adalah Mohammad In'amullah. Anak kedua dari Kiai Tholhah tersebut belajar selama lebih dari tiga tahun kepada KH. Noor Aufa Shiddiq, lebih-lebih ketika In'amullah
mondok di Ponpes Raudlatul Muta'allimin Jagalan (yang diasuh KH. Ma'ruf Irsyad) yang notabenenya dekat dengan LKK. Pasca itu, banyak murid-muridnya dari Loram Kulon yang datang untuk belajar kaligrafi kepada KH. Noor Aufa.
Beliau sangat konsisten dengan pengajarannya dan sederhana dalam kehidupannya. Kata yang sering diucapkan oleh beliau adalah
pakar tapi pekir, seorang kaligrafer tingkat dunia yang tidak mau tergoda oleh jabatan dan tawaran sementara. Beliau lebih memilih untuk mengajari para muridnya tentang rahasia huruf, laku hidup, kesederhanaan dan menaklukkan hawa nafsu. Beliau wafat pada sore hari Rabu Legi, 29 Robi'ul Awwal 1433 H/ 22 Februari 2012 M. Semoga Allah memberikan ampunan bagi kekhilafan beliau, guru dan murid-muridnya. Semoga kita mendapat keberkahan dari beliau dan guru-guru dan muridnya yang telah mendahului kita. (eko)
0 Comments