Temuan 14 makam kuno di Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah, akan dikembangkan menjadi obyek wisata religi baru
di kota ini.
"Pengembangan sebagai obyek wisata religi memang membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Namun, Pemkab Kudus bertekad untuk
mengembangkannya karena memiliki potensi yang cukup besar seperti halnya
obyek wisata religi lain yang ramai dikunjungi wisatawan," kata Kepala
Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus
Sancaka Dwi Supani di Kudus, Senin (13/9/2010). Ia memperkirakan, dana
yang dibutuhkan untuk pengembangan makam kuno tersebut menjadi obyek
wisata baru sekitar ratusan juta. "Terlebih lagi, tanah makam tersebut
saat ini dimiliki oleh warga sekitar," ujarnya. Luas lahan makam
kuno yang baru ditemukan tersebut, kata dia, memiliki luas sekitar 1.400
meter persegi. Temuan makam kuno tersebut juga menjadi perhatian
tersendiri Bupati Kudus Musthofa. "Bahkan, bupati juga menginstruksikan
kepada instansi terkait untuk menyelamatkan makam kuno tersebut,"
ujarnya.
Sementara itu, obyek wisata religi yang terlebih dahulu
ada di desa tersebut adalah Masjid Wali di Desa Loram Kulon dan sumur
gentong di Desa Loram Wetan. "Nantinya, bisa dijadikan segitiga
obyek wisata religi," ujarnya.
Berdasarkan hasil analisis Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Jawa Tengah yang menerjunkan
dua tim ahli arkeologi, katanya, makam kuno tersebut dibangun pada abad
pertengahan, XV dan XVI, yang dibuktikan dari sampel keramik pada makam.
Selain makam kuno, di lokasi temuan juga terdapat dua gigi
geraham Homo Sapiens (manusia yang sudah berpikir maju). Sancaka
menambahkan, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata juga menerjunkan tim BP3 untuk meneliti temuan
makam kuno tersebut. Ia mengatakan, berdasarkan tinjauan tim
arkeolog yang diterjunkan ke lokasi temuan, makam tersebut merupakan
makam kuno dan termasuk sebagai situs cagar budaya yang perlu
diselamatkan. Selain berencana mengembangkannya menjadi obyek
wisata religi, penyelidikan untuk mengungkap sejarah makam tersebut bisa
terkubur tanah juga akan dilakukan. "Hal ini tentu menjadi
pertanyaan semua pihak, kenapa makam tersebut bisa terkubur tanah
sehingga lokasinya kemudian bisa dimiliki oleh orang lain untuk
pekarangan," ujarnya. Untuk menyelamatkan benda-benda yang masih
ada, di lokasi makam akan dipasangi papan pengumuman dan pagar pengaman.
"Kami juga meminta warga sekitar untuk ikut menjaganya agar tidak ada
yang dirusak oleh tangan jahil," ujarnya. Sementara itu, aktivitas
pembuatan batu bata, katanya, dibiarkan berlangsung mengingat kegiatan
tersebut sudah ada sejak awal sebelum penemuan makam. "Selain itu, lahan
yang digunakan untuk proses pembuatan batu bata merupakan lahan sewa,"
ujarnya. Sumber:
Kompas
Sayangnya, dari pantuan Ihsanicus, batu bata yang juga ditemukan di
sekitar makam tersebut sudah tidak ada sekarang. Padahal batu bata itu
mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Situs yang dianggap mempunyai nilai
sejarah tersebut bisa merekonstruksi sejarah Loram dengan lebih
lengkap. Bahkan tujuh tahun dari penemuan situs makam dan batu bata di
sekitarnya belum ada perkembangan hasil yang jelas (lihat tulisan
Penemuan 12 Makam Kuno Belum Ditindaklanjuti).
0 Comments