Kondisi Stasiun Kudus Setelah Relokasi Pasar

Stasiun Kudus

Stasiun Kudus merupakan salah satu stasiun besar yang berada di jalur Semarang-Demak-Kudus ini merupakan stasiun terminus dan stasiun utama semasa masih beroperasi. Dibangun pada tahun 1883, stasiun ini dioperasikan oleh perusahaan operator kereta api swasta Hindia Belanda, Semarang-Joeana Stoomtram Maatschappij. 

Setelah kemerdekaan, operasional stasiun ini pun diambilalih oleh Djawatan Kereta Api. Namun sayang, pada usianya yang ke 103 atau lebih tepatnya pada tahun 1986, Stasiun Kudus ditutup bersamaan dengan jalur kereta api Semarang-Demak-Kudus. Alasan klasik kalah bersaing dengan angkutan darat lainnya membuat stasiun yang apik ini harus ditutup.

Stasiun Kudus pasca ditutup | Wikipedia

Pasca ditutup, Pemerintah Kabupaten Kudus memanfaatkan bangunan stasiun ini sebagai pasar tradisional yang dikenal sebagai Pasar Stasiun Wergu. Wajahnya pun berubah total. Kios-kios pedagang memenuhi emplasemen dan peron stasiun membuatnya terlihat kotor dan agak sedikit kumuh. Namun setelah 31 tahun menjadi pasar, Stasiun Kudus pun bersiap untuk kembali ke kodratnya sebagai stasiun kereta api.

Rencana Presiden Joko Widodo untuk mereaktivasi jalur kereta api peninggalan Hindia Belanda membuat PT KAI mulai menertibkan dan mengambil kembali aset-aset yang ada di jalur mati. Termasuk Stasiun Kudus. Pasar Stasiun Wergu pun direlokasi ke bangunan baru yang diresmikan oleh Bupati Kudus Musthofa pada 9 April lalu. Pasca relokasi pasar, bagaimanakah kondisi Stasiun Kudus saat ini?

Kalau boleh diungkapkan dengan 1 kata, kata yang tepat untuk gunakan adalah menyedihkan. Kondisi bangunan begitu kotor dan terlihat kumuh pasca ditinggal oleh para pedagang. terpal-terpal bergelantungan di kanopi stasiun. Puing-puing bekas kios pun berserakan di sekitar area stasiun.  

Bangunan stasiun yang terlihat kotor | picture by: Martinus Setiabudi As

Jalur 2 dan jalur 3 Stasiun Kudus yang berada di dalam kanopi tertimbun oleh beton dan ubin yang menutupi lantai peron. Sedangkan jalur 4 sampai 9 menghilang. Cat di dinding bekas ruang PPKA yang berada di sebelah selatan, ruang kepala stasiun serta ruangan staff yang berada di sebelah utara stasiun terlihat kusam karena tak terawat. Plang aset milik PT KAI dengan logo Z tertempel di dinding pintu masuk ruang kepala stasiun. 

Bekas ruang kepala stasiun Stasiun Kudus | Martinus Setiabudi As

Pintu masuk bekas ruang kepala stasiun | picture by: Martinus Setiabudi As

Plang aset milik KAI yang tertempel di dinding pintu masuk ruang kepala stasiun | picture by: Martinus Setiabudi As

Namun direlokasinya pasar membuat satu benda yang mempertegas bahwa ini adalah sebuah stasiun yang selama ini terpendam dalam lautan kios muncul ke permukaan. Tuas sinyal manual bertipe Alkmaar milik Stasiun Kudus terlihat berdiri gagah di depan ruang PPKA setelah sekian lama tertimbun oleh bangunan kios yang memenuhi stasiun selama bertahun-tahun lamanya. Karat dan debu terlihat menutupi seluruh bagian tuas sinyal ini.

Tuas sinyal model Alkmaar milik Stasiun Kudus | Martinus Setiabudi As

Di sisi selatan stasiun terdapat Dipo Lokomotif Kudus dan tandon air peninggalan Hindia Belanda. Bangunan diponya sendiri sampai saat ini masih digunakan sebagai bengkel dan usaha konveksi. Meskipun masih terlihat berantakan, namun direlokasinya Pasar Stasiun Wegu dari Stasiun Kudus membuat wujud asli dari stasiun ini terlihat begitu jelas dan seolah-olah menarik kita kembali ke masa lalu ketika stasiun ini masih berjaya. Akankah kita bisa melihat kembali kereta api singgah di stasiun ini? Kita lihat saja nanti.   

Sumber dari sini.

Post a Comment

0 Comments