Menyambut Bulan Ramadan di Kudus

Jalan Sunan Kudus dijejali oleh pedagang kaki lima (PKL) saat menjelang datangnya bulan Ramadan. Beraneka ragam dagangan disajikan di tempat itu. Mulai dari miniatur perabot dapur yang terbuat dari tanah liat, sampai berbagai macam pernah-pernak aksesoris untuk menghias diri.


Tradisi untuk menyambut datangnya bulan Ramadan itu biasa disebut sebagai dandangan. Bermula dari suara ‘dang dang dang’ bunyi beduk yang ditabuh, sebagai pertanda masuknya bulan suci Ramadan. Masyarakat Kudus senantiasa menunggu suara tersebut. Tradisi itu sudah ada sejak zaman Sunan Kudus atau abad ke-15.


Seiring berjalannya zaman, berkumpulnya masyarakat Kudus dalam menanti suara beduk pertanda masuk bulan Ramadan rupanya menjadi ceruk bagi para pedagang untuk jualan. Mereka biasa menjajakan barang jualannya pada momen berkumpulnya warga. Hal itu rupanya berlanjut hingga saat ini.


Sejak Sabtu (5/5/2018) kemarin, para pedagang sudah mulai memadati Jalan Sunan Kudus. Mereka datang dari berbagai daerah. Mas Joni (38) misalnya, dia sengaja datang dari Cirebon untuk jualan kaligrafi dan mainan kapal otok-otok. Dia menyewa tenda seluas 4 X 6 meter. Sejak awal dibuka, sampai berkahir pada hari pertama bulan Ramadan, dia dikenai tarif sebesar Rp 1.500.000.


"Memang setiap even dandangan, saya jualan di sini, sewanya memang mahal, tapi cukup kalau hanya untuk menyisakan hasil dariu jualan untuk keluarga di Cirebon,” kata Joni, Kamis (10/5/2018).
Lain halnya dengan Siti (54), perempuan asal Mayong Jepara itu menjajakan gerabah yang berbentuk miniatur perabot dapur. Harga yang ditawarkan sangat miring. Mulai dari Rp 1.500 yang termurah, sampai Rp 2.000. Adapula celengan berbagai bentuk yang dijajakan. Harganya hanya Rp 15.000.
“Rutin, setiap tahun saya jualan di sini. Untuk mendapatkan tempat atau lapak, saya sewa seharga Rp 600.000 sampai akhir atau puasa hari pertama,” kata Siti.


Sofyan Dhuhri, Kepala Bidang Pedagang Kaki Lima pada Dinas Perdagangan Kabupaten Kudus mengatakan, untuk memastikan semua PKL Dandangan mendapatkan tempat, pihaknya menyediakan tenda untuk berjualan.


Dari data yang dihimpun, terhitung terdapat 600-an pedagang.
“Untuk yang di jalan, ada 365 pedagang itu belum mereka yang jualan di trotoar. Ada sekitar 600-an pedagang semuanta,” kata Sofyan.


Sumber: Tribun Jateng

Post a Comment

0 Comments