Penjamasan Keris dan Tombak Milik Sunan Kudus

Sebilah keris yang dikenal dengan nama keris Kiai Cinthaka serta dua buah tombak yang juga pusaka peninggalan Sunan Kudus dijamas di kompleks Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, Jawa Tengah, Senin (27/8/2018) pagi.


Ritual penjamasan yang dimulai sekitar pukul 07.00 WIB diawali dengan ziarah dan doa bersama yang dipimpin oleh Kiai Hasan Fauzi. Setelah itu, para tokoh agama serta pengurus Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) berjalan menuju gazebo yang terletak di samping pintu masuk Makam Sunan Kudus untuk menyaksikan penjamasan pusaka. Keris berkelok sembilan itu disemayamkan di sebuah kotak kayu yang diletakkan di atap tajuk.


Keris Kiai Cinthaka itu kemudian diturunkan secara hati-hati. Sesepuh yang biasa bertugas menjamas yakni Kiai Faqihuddin, memulai penjamasan dengan mencelupkan keris pada sebuah cairan yang disebut sebagai "banyu londho".  Selanjutnya, keris disiram "banyu londho" hingga tiga kali. Keris bertuah itu lantas dibersihkan menggunakan air jeruk nipis. Proses selanjutnya yakni keris dikeringkan di atas sekam ketan hitam. Langkah ini diyakini bisa mempertahankan keaslian efek hitam dan mengkilap pada keris. Keris juga menjadi tahan karat.


Dalam kesempatan yang sama, dua ujung tombak trisula yang terpasang di mihrab Masjid Menara juga ikut dijamas. Pusaka-pusaka peninggalan Sunan Kudus ini usianya sudah mencapai ratusan tahun. "Secara turun temurun, untuk mempertahankan keaslian Keris Kiai Cinthaka diharuskan dicelupkan dan disiram Banyu londho.


Banyu londho ini terdiri dari air kelapa yang sudah direndami sekam ketan hitam. Setelah itu besi panas dicelupkan tiga kali," tutur Ketua YM3SK, Nadjib Hassan. Setelah dijamas, keris kembali dimasukkan ke dalam kotak. Begitu juga ujung tombak trisula, kembali dipasang di mihrab. Pusaka-pusaka itu kemudian diberi wewangian parfum dari Arab yang biasa digunakan untuk pengharum Ka'bah.


 Prosesi kemudian dilanjutkan dengan tahlil dan doa bersama. Setelah itu acara makan bersama dengan menu khas "jajan pasar" dan nasi opor ayam. Hidangan nasi opor ayam adalahsalah satu menu kesukaan Sunan Kudus. Meskipun ritual tersebut hanya mengundang kalangan tertentu, namun masyarakat umum yang hendak menyaksikan ritual tersebut juga diperkenankan hadir. Menurut Nadjib,  ritual penjamasan pusaka Sunan Kudus digelar pada hari Senin atau Kamis pertama setelah hari Tasyrik (tanggal 11, 12, dan 13 bulan Zulhijah). Keris Kiai Cinthaka merupakan pusaka pribadi Sunan Kudus. Dalam tradisi Jawa pada masa itu, hampir setiap orang memiliki pusaka pribadi. Hal itu merupakan bentuk kesiap-siagaan dalam menjalani hidup. Ternyata hal itu juga dipraktikkan oleh Sunan Kudus pada masa itu.


"Jadi yang terpenting dari penjamasan ini yaitu upaya menjaga benda peninggalan Sunan Kudus serta mempertahankan tradisi yang sudah berjalan ratusan tahun. Sementara nilai-nilai lain yang terkandung dalam bentuk keris atau tipe bilah yang biasa disebut "Dapur Panimbal" bermakna kebijaksanaan dan kekuasaan," katanya.


Keris Bertuah Padamkan Api
Keris Kiai Cinthaka adalah pusaka bertuah Sunan Kudus. Suatu ketika, sambung Nadjib, keris Kiai Cinthaka pernah dipinjam oleh pihak Kraton Solo. Saat itu terjadi kebakaran di Keraton Solo. Konon, setelah keris itu dihunuskan, api yang membakar kraton seketika padam. Hal itulah yang membuat pihaknya menjalin hubungan baik sampai saat ini dengan Keraton Solo. "Untuk tahun kejadian itu kami tidak tidak tahu pastinya. Itu cerita turun temurun leluhur kami," katanya.


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengintip Penjamasan Keris dan Tombak Peninggalan Sunan Kudus", https://travel.kompas.com/read/2018/08/28/170600127/mengintip-penjamasan-keris-dan-tombak-peninggalan-sunan-kudus.
Penulis : Kontributor Grobogan, Puthut Dwi Putranto Nugroho
Editor : I Made Asdhiana

Post a Comment

0 Comments