Oleh: Madad
Salim
Istilah Kyai Wali, bukan karangan
saya sendiri. Bukan pula karena Abah saya, kakak tertua saya adalah murid Mbah
Madun. Bahkan Abah terhitung santri yang diperintah gurunya Mbah Madun yakni
Simbah Kyai Yasin Kauman Jekulo Kudus, untuk mendampingi menjadi santri pertama
Mbah Madun saat beliau pindah dari kudus ke kota Pati.
Istilah Kyai Wali itu saya
dapatkan dari cara guru saya menyebut Mbah Madun begitu. Kyai saya itu masih
iparnya Mbah Madun, dan terhitung sekarang menjadi Kyai sepuh tersisa di
komplek Pesantren Kuno Kauman Jekulo Kudus. Semoga Allah memberi Mbah Yai
Sanusi bin Yasin kesehatan dan keafiyahan, wa matta'analloh bithuli
hayatihi, amin.
Dan istilah Wali tersebut jika
terminologinya La Khaufun ‘Alaihim Walahum Yahzanun, itu sudah pas
disematkan dalam diri Mbah Madun. Beliau itu Macan sebenar-benarnya Macan. Di dalam
keilmuan, beliau Macan (singa) sekali. Simaklah rekaman - rekaman pengajian
Fikih serta Kajian Tafsir yang sudah dapat di download di Internet, maka anda
akan sepakat dengan saya.
Tentang sepak terjang Dakwah,
beliau juga Macan. Siapapun yang beliau lihat keluar dari manhaj Ahlus Sunnah
Wall Jama'ah, apakah itu Wahhabiyyah apakah itu Syi'ah maka tanpa tedeng
aling-aling akan beliau lawan.
Saya sampai sekarang masih belum
dapat melupakan kisah perlawanan beliau terhadap salah satu Habaib, pemimpin
Syi'ah dari Bangsri Jepara. Karena ghirah aswajalah beliau pasang badan untuk '
menantang ' Sayyid bersangkutan. Sayyid Syi'ah itu Allamah dalam keilmuan.
Salah satu jebolan terbaik YAPI Bangil. Mbah Madun tidak surut untuk
mengajaknya kembali kejalan Datuk-Datuknya.
“Kalau Tuan Doro, tidak kembali
ke jalan Ahlussunnah, maka saya Muhammadun akan menjadi lawan Doro Habib dunia
Akhirat. Saya akan hadapkan perkara kita berdua ini nanti di akhirat dihadapan
Kanjeng Nabi SAW..."' Begitu kurang lebihnya diantara tantangan-tantangan
Mbah Madun.
Syukurnya, Sang Habaib di usia
senjanya mendapatkan anugerah, dapat kembali ke jalan datuk-datuknya, kembali menjadi
seorang Sunny sejati. Doro Habib kumpulkan anak-anaknya beberapa hari sebelum
Wafat, beliau berkata kepada mereka:
“Ayuk, sekarang kita kembali ke jalan
Njid-Njid kita terdahulu. Sudah lama kita tersesat dari jalan lurus mereka. “
Mbah Madun, keramatnya banyak.
Sudah dibukukan malah biografi pendeknya. Tetapi keramat terbesar beliau adalah
Istiqomah. Dalam banyak hal kehidupan, rahasia-rahasia Istiqamah Mbah Madun
kuat terpancar. Kapan-kapan pingin menshering nya di sini.
Untuk sekarang, cukup ini dulu.
Sebab nulisnya sambil otw ke tempat Haul beliau.
(bersambung)
0 Comments