Banjir Loram Sudah Ada Sebelum PKI

Banjir sekitar 1990an sebagaimana laporan Ihsanicus beberapa waktu lalu merupakan banjir terbesar yang pernah dilaporkan melanda beberapa daerah Loram dan sekitarnya. Banjir serupa yang melanda Loram dan beberapa daerah Kudus Wetan dan Kudus Selatan adalah banjir pada akhir Januari-awal Februari 2014. Banjir tersebut sempat memutus jalur Pantai Utara Jawa (Pantura) hingga pasokan sembako, listrik, gas elpiji dan lainnya sangat sulit didapatkan. Tarif naik kendaraan umum dan bahan bakar kendaraan juga mengalami peningkatan hingga 100 persen. Bahkan untuk menyebrang jembatan Tanggulangin yang menghubungkan Kudus dengan Demak harus membayar Rp. 100.000,00, jika tidak mau repot memutar arah melalui Trengguli-Welahan-Mayong-Kudus.
Menurut beberapa penuturan masyarakat pada 2014, banjir banjir mampir memang sudah terjadi di Loram, terutama di sekitar Kaligondang. Namun pada 2014, banjir meluas dan menggenangi hampir seluruh Jl. Masjid at-Taqwa ke timur hingga depan Musholla dan Pondok Pesantren Ihya’ussunnah Assaniyyah. Beberapa hari listrik padam sehingga aktivitas sektor ekonomi, pendidikan dan keagamaan sempat mengalami kendala.

Banjir Sebelum Gestapu PKI
Lingkungan sekitar Kaligondang merupakan daerah langganan banjir ringan atau banjir mampir di Loram Kulon. Banjir ini, menurut penuturan Bapak Ahmadi “Guru” (80an) sudah terjadi sejak dulu kala. Pensiunan guru, ketua GP Anshor Kecamatan Jati pertama kali dan juga aktivis sosial itu mengatakan bahwa ketika kecil, sekitar akhir tahun 1940an, beliau sering mengaji al-Qur’an dengan Kiai Munawir dan kiai lainnya di Masjid at-Taqwa melalui jembatan sungai timur pabrik jenang Barokah milik Kaji Bejo. Ketika pulang, kadang beliau dijemput oleh ayahnya. Beliau menuturkan kepada reporter Ihsanicus bahwa ketika hujan agak besar dan lebat, jembatan yang dilewatinya sering terkena banjir.
Lalu apa penyebab banjir yang ada di Kudus? Menurut Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serang Lusi Juwana (PSDA Seluna), ada tiga faktor utama penyebab banjir di Kudus yaitu peningkatan debit, kondisi geografis lahan serta kekuatan sarana dan prasarana pengairan yang ada. Selain itu sejumlah perilaku publik ditengarai juga mempengaruhi potensi terjadinya banjir. Namun penelusuran tim Ihsanicus menemukan bahwa ada faktor lain yang menyebabkan banjir di Loram.
Daerah sekitar Kaligondang, mulai dari desa Getas Pejaten, Loram hingga  Jetis Kapuan dipenuhi dengan kebon bambu dan pepohonan besar seperti gayam, mangga, jambu air, jambu biji, puteri anjing, aren, kemundu, kelapa dan lainnya. Pepohonan tersebut, utamanya bambu, banyak menyisakan daun-daun yang jatuh dan mengering hingga akhirnya mengalir ke sungai dan menjadi tanah. Begitu juga dengan sedimen tanah yang berasal dari daerah yang lebih tinggi yang kemudian menggenangi dasar sungai. Namun ini hanya sebatas asumsi, perlu penelitian lapangan yang lebih mendalam.

Penyebab Banjir Loram
Penyebab lain adalah kiriman sampah dari berbagai daerah kisaran sungai sebelum Loram. Ditambah dengan beberapa perilaku masyarakat yang kadang membuang sampah di sungai, memanfaatkan pinggir sungai untuk tempat sampah atau masyarakat luas yang tidak membuat daerah resapan air. Banyaknya tanah yang sudah dibeton, disemen, dipaving dan lainnya menyebabkan air tidak bisa meresap ke dalam pori-pori tanah. Banyaknya tanaman besar seperti gayam, randu, salam, kemundu, asem, nangka dan lainnya yang ditebang tanpa ganti juga menyebabkan hilangnya kantong-kantong penyimpanan air. Di samping itu, beberapa pohon seperti salam, kemundu, asem, putri anjing dan lainnya juga hampir jarang ditemukan.

Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian kolektif bersama masyarakat, pemerintah, pemerhati lingkungan, para ahli lingkungan, tokoh agama dan masyarakat serta berbagai pihak untuk mengkaji solusi bersama guna mengurangi, bahkan menghindari dampak banjir.

Post a Comment

0 Comments