Menghidupkan Kembali Batik Kota Kretek

Kain batik kini merajalela di banyak kota di Indonesia. Tapi Anda perlu tahu, bahwa batik tertua di Pulau Jawa adalah Batik Kudus.

Batik Kudus mulai berkembang pada abad 17 dan populer pada rentang waktu 1880 - 1940an. Sayangnya, setelah masa itu, keberadaan Batik Kudus meredup karena bermunculan batik dari daerah lain seperti Pekalongan, Tegal, Solo, dan Yogyakarta.

Ditambah lagi adanya persaingan ketat antara pengusaha batik pribumi dengan wirausahawan batik keturunan Tionghoa. Habis gelap, terbitlah terang, itu yang bisa menggambarkan perkembangan batik di Kota Kretek ini.

Sejak batik diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia, Batik Kudus yang mati suri hingga tahun 2000, perlahan hidup kembali. Kini, di tangan Denny Wirawan, Batik Kudus bisa merambah dunia fashion modern, tanpa menghilangkan kekhasannya.

Menandai dua dekade berkarya, Denny Wirawan bekerjasama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation menggelar fashion show bertajuk Wedari di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Wedari menghidupkan kembali beragam motif dan isen-isen Batik Kudus yang belum terpublikasi. Seperti motif flora dan fauna dengan penuh warna ceria mengandung unsur hangat dan dingin, semakin menambah khasanah kekayaan ragam motif wastra ini.

Denny juga bekerja sama dengan Eliana Putri Antonio, desainer perhiasan yang karyanya sangat Indonesia.

Pagelaran Wedari lebih semarak lagi dengan adanya video mapping karya generasi muda Indonesia, 9 matahari. Video mapping ini juga didukung elemen budaya, tarian, musik, dan tata panggung.

Dalam video mapping, penonton disuguhi dengan kentalnya sentuhan musik tradisional Kudus dan Jawa Tengah yang dipadukan secara apik dengan musik modern.

Sumber: Metro TV

Post a Comment

0 Comments