Berbagai cerita muncul mengiringi perjalanan Masjid Menara Kudus di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Mulai dari cerita bahwa masjid ini merupakan masjid dengan menara yang pertama kali digunakan untuk mengumandangkan azan di Jawa, masjid adalah bekas candi dan tempat pembakaran jasad pemimpin di masa Majapahit, hingga cerita tentang lokasi sumber air yang ditutup oleh Sunan Kudus.
Denny Nur Hakim, Staf Dokumentasi dan Sejarah Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), mengatakan, ada dua pendapat tentang sejarah Masjid Menara Kudus.
Pendapat pertama mengatakan bahwa menara pada Masjid Menara Kudus merupakan peninggalan dari masyarakat Hindu. Tempat ini dahulu dipergunakan sebagai tempat ibadah dan pembakaran jasad para raja atau pemimpin masa itu.
Cerita dari masa ke masa
Sementara itu, pendapat kedua mengatakan bahwa menara adalah peninggalan dari Sunan Kudus.
Dari dua pendapat tersebut, lanjut Denny, yang akhirnya dipercaya oleh masyarakat Kudus adalah pendapat kedua. Kepercayaan itu didukung oleh sejumlah bukti.
Pertama adalah tata letak atau lokasi Masjid Menara Kudus yang menghadap ke arah barat sesuai arah kiblat dalam ajaran agama Islam.
Kedua adalah bahwa pada bagian bodi Menara Kudus tidak ada relief atau ukiran yang menceritakan kehidupan makhluk hidup (manusia dan hewan) yang bukanlah ajaran Islam.
"Ketiga, pada bodi menara Kudus dan di dalam masjid tidak ada banyak arca atau patung. Dari ketiga alasan itulah yang memperkuat masyarakat untuk mempercayai bahwa menara murni peninggalan dari Sunan Kudus," kata Denny pada akhir Mei lalu.
Denny lalu bercerita bahwa di bawah bangunan menara setinggi 18 meter itu terdapat sebuah sumber air. Konon sumber air itu diberi nama Banyu Panguripan atau air kehidupan. Mitos yang berkembang turun-temurun adalah seseorang bisa awet muda jika mengonsumsi air itu.
Bahkan, mahluk hidup yang telah mati apabila diceburkan ke dalam mata air tersebut bisa hidup kembali. Karena dikhawatirkan akan dikultuskan, lanjut Denny, maka ditutuplah mata air tersebut dengan bangunan menara oleh Sunan Kudus.
"Menurut cerita turun temurun sumber air tersebut adalah air kehidupan. Sampai akhirnya ditutup oleh Sunan Kudus dengan bangunan menara," ungkap Denny.
"Penelitian BPCB membenarkan ada sumber air di bawah bangunan Menara Kudus. Namun air itu berfungsi sebagai alat pengatur suhu bangunan. Bukan hanya pada Menara Kudus saja yang terdapat sumur. Tetapi bangunan seperti candi juga terdapat sumur yang umumnya berfungsi sebagai pengatur suhu," tambahnya kemudian.
Sementara itu, mengenai cerita bahwa menara di masjid ini adalah tempat pertama kali mengumandangkan azan di Jawa, Denny membantahnya.
"Tentunya tidak karena ada Demak terlebih dulu. Semasa Sunan Kudus, azannya di atas Menara Kudus. Sekarang adzannya di ruang audio masjid. Untuk menabuh beduk masih dilakukan di menara. Hanya orang tertentu yang boleh ke atas menara," pungkasnya.
Bikin ciut pejabat tak jujur
Menurut cerita warga setempat, banyak pejabat yang justru gentar atau menciut nyalinya untuk melewati lorong gapura atau pintu masuk menuju Masjid Menara Kudus.
Hal ini lantaran mitologi masyarakat setempat yang meyakini bahwa Sunan Kudus telah memasang Rajah Kalacakra di gerbang atau pintu masuk menuju masjid yang juga bisa mengakses ke makam.
Denny mengatakan, rajah itu konon mampu melemahkan semua kekuatan atau daya linuwih seseorang. Bahkan dipercaya, penguasa yang tidak jujur akan segera kehilangan kekuasaannya jika melewati rajah itu.
Hingga sekarang, mitos tersebut masih dipercaya. Oleh karena itu, lanjut Denny, jarang ada pejabat yang berani melewati gerbang ini.
Denny mengatakan, biasanya pejabat tinggi jika hendak shalat di Masjid Menara Kudus atau berziarah di makam Sunan Kudus akan memilih lewat jalur lain dengan diarahkan pengelola Masjid.
Namun di balik itu, menurut Denny, Sunan Kudus sebenarnya ingin meninggalkan pesan positif agar siapapun yang datang beribadah ke masjid harus menanggalkan kepentingan duniawi, terutama kekuasaan.
"Ini mitologi masyarakat setempat. Saat ini masih dipercaya, banyak pejabat yang takut lewat gerbang. Benar atau tidaknya, yang jelas Sunan Kudus tidak suka dengan orang yang suka pamer tentang pangkat dan kekuasaan serta orang sombong dan tidak jujur," pungkasnya.
Namun, menurut Denny, terlepas dari mitos dan kisah itu, pesan yang paling dominan yang ingin disampaikan oleh Sunan Kudus melalui masjid ini adalah sikap santun dan toleran.
Sumber: Kompas
0 Comments